Ketua MPR Kritik Penggerebekan Terduga Teroris di Tangerang Selatan

Penggerebekan Rumah Terduga Teroris di Ciputat
Sumber :
  • ANTARA/Reno Esnir
VIVAnews - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Sidarto Danusubroto, mengkritisi proses yang dilakukan oleh Densus 88 dalam menggerebek terduga teroris di Ciputat pada malam tahun baru 2014 lalu. Dalam penggerebekan di Ciputat pada 31 Desember 2013 itu, enam orang yang diduga sebagai teroris ditembak mati.
Surya Paloh Ngaku Belum Bahas Jatah Menteri Nasdem ke Prabowo: Ada Perasaan Sungkan

Menurut Sidarto, seharusnya polisi dalam melakukan operasi penangkapan ini menggunakan cara lain untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa.
Indonesia U-23 Tim Kuat, tapi Irak U-23 Optimistis Menang

"(Mestinya) ada cara-cara cerdas dari polisi untuk minimize korban," kata Sidarto di Gedung DPR/MPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis 2 Januari 2014.
Terungkap, Kehidupan Sulit Park Sung Hoon di Masa Lalu Bikin Nyesek

Sidarto minta para pemimpin kepolisian mengevaluasi proses penindakan terhadap orang-orang yang diduga atau disangka terlibat dalam jaringan kelompok teroris.  Meskipun, lanjutnya, dalam upaya penangkapan itu polisi memiliki dilema karena para terduga teroris ini melakukan perlawan.

"Menurut mereka lebih baik mati daripada menyerah. Kalau menyerah dia dianggap sebagai penghianat oleh teman-temannya. Nanti kebocoran info itu dari situ. Tapi bahwa setelah sekian jam timbul korban meninggal 6 orang, yang selamat 1, operasi raid ini harus ada kajian dari para pimpinan," ujar dia.

Sebelumnya, Polri menggerebek sebuah rumah kontrakan yang dihuni orang-orang yang diduga anggota organisasi teroris pada malam tahun baru, 31 Desember 2013. Penggerebekan berlangsung sejak Selasa malam hingga Rabu pagi.

Versi polisi, penyergapan itu dimulai di Banyumas, Jawa Tengah, Selasa siang, dan berakhir dengan drama penggerebekan sepuluh jam di Ciputat, Tangerang Selatan. 

Orang-orang yang diduga anggota kelompok teroris itu, kata polisi, merupakan tersangka penembak polisi di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Mereka juga disangka terlibat pemboman Wihara Ekayana di Jakarta Barat. 

Mereka disangka oleh polisi sebagai bagian dari jaringan Abu Roban. Abu roban ini disangka oleh polisi merencakan melakukan serangan pada Pemilu 2014. Abu Roban dilaporkan tewas dalam baku tembak di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, awal Mei 2013. 

Namun, versi polisi, anggota kelompok Abu Roban terus bergerak. Mereka diduga bersenjata dan punya kemampuan untuk menggunakan senjata. Mereka diduga mengikuti kamp pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya