Kemdag: CPO Jangan Jadi Ukuran Sukses Tidaknya RI di KTT APEC

Kelapa sawit.
Sumber :
  • Antara/Maril Gafur
VIVAnews
Anak Buah SYL Video Call Bahas 'Orang KPK' dan 'Ketua': Siapin Dolar Nanti Kami Atur
- Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional dari Kementerian Perdagangan, Imam Pambagyo, mengaku prihatin dengan sikap sebagian kalangan di tanah air, yang  menentukan parameter berhasil atau tidaknya Indonesia di forum APEC 2013 adalah dari masuknya produk kelapa sawit (CPO) dan karet ke dalam
Environmental Good List
5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Brighton vs Manchester City di Premier League
. Padahal menurut Imam, keberhasilan Indonesia tahun ini tidak hanya dirumuskan oleh CPO dan karet.
Ngeri! Penampakan Angin Puting Beliung 'Hadang' Nelayan di Perairan Madura

Hal itu diungkap Imam ketika memberikan keterangan pers kepada media di ruang Mengwi, Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) pada Minggu 6 Oktober 2013.


"Tahun ini seolah-olah kita berharap deklarasi para pemimpin yang harus keluar namanya APEC CPO Declaration. Saya ingin garis bawahi keberhasilan Indonesia tahun ini sama sekali tidak hanya dirumuskan atau ditentukan oleh CPO," ungkap Imam.


Padahal kendati CPO dan karet tidak berhasil masuk ke dalam Environmental Good List (EG List) yang disepakati dalam KTT APEC 2012 di Vladivostok, namun bukan berarti Indonesia telah gagal total. Sebagai gantinya, Imam menyebut Indonesia berhasil memajukan proposal baru yang berisi daftar produk unggulan yang serupa dengan EG List.


Proposal yang belum ditentukan namanya itu, diungkap Imam sudah berhasil dimasukkan ke dalam pernyataan bersama para Menteri se Asia Pasifik di bawah poin mempromosikan pertumbuhan hijau. Ada perbedaan signifikan dari daftar yang kali ini dibentuk oleh Indonesia.


Apabila EG List yang disepakati di KTT APEC 2012 Vladivostok hanya menekankan kepada elemen ramah lingkungan supaya bisa memperoleh penurunan tarif maksimal sebesar 5 persen, maka dalam daftar ini, Indonesia memasukkan poin harus mampu memberikan sumbangan nyata kepada pedesaan dan pengentasan kemiskinan.


"Efeknya akan semakin jauh dan dalam. Tidak saja dari segi perdagangan, tetapi juga ekonomi setempat dan juga sosial yang pada gilirannya akan menyumbang pelestarian lingkungan di mana mereka berada," kata Imam.


Sama seperti EG List, proposal ini juga memiliki tenggat waktu penurunan biaya tarif bea impor sebesar 5 persen pada tahun 2015 mendatang.


Imam mengklaim saat Indonesia mengajukan proposal ini, negara anggota APEC menanggapinya secara positif. Respon positif itu juga diperoleh dari negara-negara maju seperti Australia dan Amerika Serikat (AS).


"Bahkan China dan Papua Nugini sudah menyatakan pada saat itu juga akan menjadi co-sponsor untuk menggolkan proposal itu. Selain itu, kami juga memperoleh indikasi Peru dan Malaysia turut bergabung dan menjadi co-sponsor tahun 2014," ungkap Imam.


Dia menyebut lolosnya proposal ini di tingkat deklarasi para pemimpin akan dianggap sebagai suatu capaian yang signifikan bagi Indonesia di forum APEC.


"Konsep ini akan menampung semua produk dan bahkan lebih mendalam manfaat dan maknanya daripada sekedar pengurangan hambatan tarif seperti yang dikembangkan di Vladivostok," ujarnya.

 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya