Siasat Parpol Hadapi Pemilih yang Irasional

Penertiban atribut kampanye
Sumber :
  • ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
VIVAnews - Mayoritas pemilih cenderung irasional dalam menentukan pilihan di pemilihan umum. Mereka cenderung memilih figur atau parpol yang dikenal dan disenangi daripada menentukan berdasarkan visi, misi, dan program.
Gibran Absen di Upacara Hari Otoda, Tak Dapat Penghargaan Satyalencana

Hal itu dikemukanan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Network Toto Izul Fatah saat diskusi di Kantor Redaksi VIVAnews, Senin, 23 September 2013.
5 Makanan yang Dianjurkan untuk Penderita Darah Tinggi, dari Buah Beri sampai Yogurt

Kenyataan itu, kata Toto, disadari elit politik negeri ini yang keberatan manakalai Komisi Pemilihan Umum (KPU) membatasi pemasangan alat peraga kampanye. Menurutnya, parpol maupun kandidat dalam pilkada dan pilpres memilih mengenalkan diri lewat spanduk, baliho, serta alat peraga lainnya di ruang terbuka dibanding iklan ataupun pemberitaan melalui media.
Respons Keluarga Via Vallen Soal Penggerudukan dan Dugaan Penggelapan Motor

"Pemilih menengah atas atau yang rasional kurang lebih 15 persen. Selebihnya irasional. Fakta mayoritas irasional ini menjelaskan kenapa parpol masih pasang baliho dan lain-lain. Karena fakta mayoritas yang irasional itu terbatas dalam mengakses media," katanya.

Kecenderungan pemilih yang irasional itu ditemukan dalam sejumlah survei yang digelar LSI Network. Yang terbaru, survei yang digelar di Jawa Barat pasca terpilihnya Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar. 

Menurut Toto, terpilihnya pasangan yang diusung Partai Keadilan Sejahtera itu mengagetkan sejumlah lembaga survei. Sebab, jelang masa kampanye, popularitas Aher kalah dibandingkan Dede Yusuf. 

"Survei yang kita lakukan pasca Heryawan terpilih. Kita penasaran 
karena seluruh lembaga survei masih menjagokan Dede Yusuf, Dede hingga hari pemungutan suara kurang sebulan masih unggul," katanya.

Survei sebulan sebelum pemungutan suara itu, popularitas atau tingkat kesenangan pemilih pada Aher di bawah 50%. Menurut Toto, dengan angka itu kandidat mustahil menang.

Bagaimana hasil survei setelah pilkada? "Ini berubah setelah pasang 

iklan. Kenapa akhirnya Aher pilih? Pertama, pemilih suka Deddy Mizwar, Kedua, mereka senang dengan iklan-iklan pasangan itu," kata Toto.

Menurut Toto, dua alasan itu menaikkan popularitas Aher sehingga terpilih. "Inilah pemilih irasional, memilih karena kesukaan," ujarnya.

Menurut Toto, intensitas kemunculan di televisi di saat yang tepat juga bisa melesatkan elektabilitas. Hal ini yang dinikmati Joko Widodo dan Ganjar Pranowo jelang keduanya maju Pilkada.

"Ganjar pranowo start dengan elektabilitas 7% bisa menang karena peran televisi. Dia sadar betul memanfaatkan tv menyalip Bibit yang sudah terlena," kata Toto. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya