Krisis Listrik, Sumbar Bangun Pembangkit Listrik Sendiri

Ilustrasi geothermal power plant
Sumber :
  • Antara/ Anis Efizudin
VIVAnews - Pemerintah Daerah Sumatera Barat membangun pembangkit listrik secara mandiri guna mengatasi krisis listrik di provinsi itu. Mereka akan membangun tujuh titik pembangkit listrik geothermal (panas bumi) dan satu pembangkit tenaga angin.
Aplikasi Ini Bisa Bikin Penumpang Terhibur di Pesawat

Hal itu dikatakan Anggota Komisi III Bidang Pembangunan DPRD Sumbar, Nurnas, kepada VIVAnews. Tujuh pembangkit listrik tenaga panas bumi akan dibangun di Kabupaten Solok, Solok Selatan, dan Pasaman; sementara yang tenaga angin di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 
Ada Luka Tembus Pelipis Anggota Satlantas Polresta Manado yang Ditemukan Tewas di Mampang

"Yang sudah dikerjakan itu di Solok Selatan. Sementara yang di Pasaman masih diteliti," katanya.
Arema FC Semakin Jauh Dari Zona Degradasi

Menurut Nurnas, pembangkit geothermal di Solok Selatan ini mampu memproduksi daya 700 megawat. Proyek ini sudah disetujui Menteri Energi Sumber Daya Mineral pada tahun 2011 dan mulai dikerjakan setahun berikutnya. 

"Awalnya, panas bumi di Solok Selatan hanya mampu memproduksi 220 MW. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata bisa produksi mencapai 700 MW. Pembangkit listrik baru ini selesai produksi 2015, tapi bisa digunakan pada tahun 2016," dia menambahkan.

Kebutuhan Sumbar, kata Nurnas tidak sampai 400 MW. Selama ini, enam pembangkit yang ada di Sumbar baru bisa memproduksi daya paling tinggi 449 MW pada Januari tahun ini. Semestinya, pembangkit tersebut bisa memproduksi 517 MW. 

"Belakangan, enam pembangkit yang dikelola PLN itu hanya bisa memproduksi 389 MW sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya. "Jika pembangkit geothermal yang sedang dikembangkan selesai, maka kami tidak akan bergantung lagi pada PLN." 

Menurutnya, jika pembangkit listrik di tujuh titik geothermal tadi bisa dikembangkan, maka Sumbar tidak akan lagi kekurangan daya selain bisa menjadikannya sebagai sumber pendapatan baru. Dalam hal ini, PLN hanya dijadikan mitra profesional sebagai pengolah hasil produksi. Bagi kabupaten dan kota yang mengembangkan model ini, 70 persen keuntungan masuk ke kas daerah dan 30 persen masuk ke provinsi.

"Untuk tenaga angin di Mentawai, kami sudah buatkan DED (Detail Engineering Design). Kalau sudah ada dana, akan langsung kami alokasikan untuk pengembangan itu," kata Nurnas.

Sejak tiga bulan terakhir, PLN memberlakukan pemadaman bergilir di Sumbar. Pemadaman mencapai enam jam dalam sehari. Krisis daya ini dinilai sudah sangat merugikan masyarakat setempat. (kd)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya