Kompolnas: Pengakuan Tersangka Pembunuh Sisca Janggal

Tersangka pembunuh Franciesca Yofie (ditutupi sarung)
Sumber :
  • Iqbal Kukuh/VIVAnews
VIVAnews -
Pengunjung Coba Kelabui Petugas Lapas Yogyakarta Simpan Pil Koplo di Betis, Malah Ketahuan
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) sempat datang ke Bandung untuk mendalami dugaan kejanggalan dalam kasus kematian perempuan cantik, Franciesca Yofie alias Sisca. Salah satu anggota Kompolnas yang ikut dalam pengusutan itu, M Nasser menilai, tak ada yang janggal dalam penyidikan perkara.

Pelaku Ditangkap, Begini Modus Sopir Taksi Online Todong Penumpang Rp 100 Juta

"Justru kami melihat ada kejanggalan pada pengakuan para tersangka," kata Nasser kepada wartawan, Selasa 20 Agustus 2013.
Viral Jambret Bawa Kabur Mobil Patroli Polisi di Jaksel, Begini Kronologinya


Salah satu pengakuan tersangka yang dinilai Kompolnas aneh dan janggal adalah sepeda motor tersangka. "Rambut (Sisca) yang 30 cm masak tergulung di gir. Ini sama sekali tidak memenuhi asas logika," kata dia.


Sampai saat ini, apakah Sisca tak sengaja terseret atau memang sengaja diseret pelaku masih misterius. Sejumlah menyebut, dua orang pelaku mengenakan helm muka penuh menyeret Sisca. Namun, kepada polisi, dua tersangka, yakni Ade dan Wawan, mengaku rambut Sisca tak sengaja tersangkut di gir.


Yang pasti faktanya, Sisca menderita luka serius karena terseret sekitar 800 meter pada Senin 15 Agustus 2013. Selain itu, di kepala Sisca pun ada luka bacok. Akibatnya fatal bagi perempuan 34 tahun itu, dia sekarat. Sisca kemudian meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.


Meski tak menemukan kejanggalan dalam proses penyidikan, namun Nasser menggarisbawahi pentingnya polisi tegas dan mendalami lebih jauh mengenai motif pada kejadian nahas itu. Dia menilai, polisi terlalu berhati-hati karena menyangkut salah satu perwira yang bertugas di Polda Jawa Barat,


"Polisi tidak berani mengambil langkah cepat karena khawatir ada hal-hal yang nantinya malah salah. Tapi, kehati-hatian yang berlebihan itu justru membuat publik berpikir ada sesuatu yang dilindungi. Ya, kami harap tidak ada," imbuhnya.


Polres Bandung akan menggelar rekonstruksi pada 22 Agustus mendatang. Menanggapi itu, Nasser berharap rekonstruksi itu bisa menjawab apa yang masih jadi pertanyaan di tengah masyarakat. Nasser pun masih berkeyakinan Polres Bandung profesional. "Tidak masuk angin dan tidak terintervensi. Cuma perlu didorong supaya lebih komprehensif dan lebih cepat," kata dia.   (umi)





Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya