- VIVAnews/Tri Saputro
VIVAnews- Ketua Perbanas (Persatuan Bank Umum Nasional) Sigit Pramono, Senin 10 Juni 2013, menilai ketidakpastian kenaikan harga BBM bersubdisi kembali menekan nilai tukar rupiah.
Hari ini, rupiah bergejolak cukup dalam. Berdasarkan data Reuters, rupiah berada di level Rp9.805 per dolar AS.
Melihat fakta tersebut, Sigit pun menghimbau pemerintah segara memutuskan kenaikan harga tersebut. "Ketika di IBEX Mei lalu, kami imbau pemerintah apakah BBM mau naik atau tidak, pelemahan ini (rupiah) kan dampak dari ketidakpastian," kata Sigit di acara konferensi Press Jazz Gunung Indonesia di Jakarta.
Ia menjelaskan, kondisi ekonomi di tanah air sangat berpengaruh terhadap kestabilan nilai tukar dan faktor ekonomi global. Jika pemerintah tidak segera menaikkan harga, maka pasar valuta asing akan terus merespon dengan pelemahan rupiah.
Pelemahan rupiah, katanya, akan berdampak pada tingginya biaya operasi moneter Bank Indonesia. Hal ini menyebabkan tergerusnya cadangan devisa Indonesia. Sekedar informasi, pada Bulan Mei lalu cadangan rupiah berada di level US$105 miliar.
"BI akan kembali kan ke pemerintah, kalau rupiah tidak stabil biaya moneter akan tinggi. Harus segera dinaikan," ujarnya.