PM Turki Minta Akhiri Gelombang Unjuk Rasa

PM Turki Recep Tayyip Erdogan (tengah)
Sumber :
  • REUTERS/Osman Orsal

VIVAnews - Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, imbau para pengunjuk rasa untuk menghentikan gelombang aksi protes, yang telah berlangsung dalam seminggu terakhir. Erdogan berseru di Bandara Istanbul saat pulang dari kunjungan kerja selama empat hari ke Afrika Utara.

Stasiun berita BBC, Jumat 7 Juni 2013, mengungkapkan kedatangan Erdogan disambut puluhan ribu pendukung setianya pada Jumat pagi waktu setempat. Didampingi isterinya, Emine Erdogan, PM Erdogan menyerukan himbauan itu dari atas bus dengan atap terbuka.

"Unjuk rasa yang dianggap ilegal ini harus segera diakhiri saat ini juga," ujar Erdogan.

PM yang memerintah Turki sejak tahun 2002 silam itu mengatakan bahwa pemerintahannya tidak pernah bermaksud menciptakan ketegangan dan polarisasi.

"Namun kita juga tidak dapat membiarkan dan memuji tindakan brutal," imbuhnya.

Mendengar pernyataan dari pemimpin yang diagung-agungkannya itu, para pendukung Erdogan semakin bersemangat. Mereka meminta izin Erdogan untuk menghancurkan para pengunjuk rasa anti pemerintah yang saat ini masih berkumpul di Plasa Taksim.

Namun Erdogan meminta para pendukungnya untuk segera kembali ke rumah masing-masing secara damai. "Anda harus tetap tenang, dewasa dan menunjukkan akal sehat. Kami semua akan segera pulang ke rumah," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Erdogan juga membantah bahwa dirinya hanya bertugas melayani 50 persen warga Turki yang memilihnya.

"Banyak pihak mengatakan saya adalah PM bagi 50 persen warga Turki saja. Tapi itu tidak benar. Kami bertugas melayani 76 juta warga Turki dari timur hingga ke barat," ujarnya.

Peristiwa yang terjadi di bandara hari Jumat ini merupakan aksi pertama yang dilakukan pendukung Erdogan usai protes besar-besaran yang terjadi sejak Jumat lalu dan menuntut Erdogan segera mundur.

Namun pernyataan yang disampaikan Erdogan itu justru dianggap dapat meningkatkan ketegangan di antara para pengunjuk rasa. Laporan BBC menyebut unjuk rasa diprediksi akan semakin memanas dalam beberapa hari ke depan dan dapat mengancam keselamatan warga.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Protes Taman

Unjuk rasa itu bermula saat hari Jumat pekan lalu sekelompok orang menduduki menggelar unjuk rasa damai dengan menduduki Taman Gezi. Mereka memprotes rencana Erdogan yang berniat mengubah lahan hijau di sekitar taman itu menjadi pusat perbelanjaan.

Namun aksi damai itu berakhir ricuh karena polisi bersikap represif menangani mereka. Demonstrasi yang awalnya dilakukan sekelompok orang lalu berlipat menjadi puluhan ribu .

Banyak di antara mereka merupakan kaum sekuler, berpendidikan tinggi dan berasal dari kaum menengah yang merasa kebebasan politik di Turki mulai bergeser. Bahkan menurut salah satu pengunjuk rasa bernama Deniz, mengatakan akan tetap bertahan.

"Erdogan tidak akan dapat mengambil taman ini. Anda tahu kenapa? Karena dia akan mengakibatkan peperangan di dalam negeri ini. Kami akan terus bertahan," tegas Deniz.

Para pengunjuk rasa menuduh pemerintahan Erdogan menjadi pemerintahan diktator dan mencoba mengislamisasikan negara yang awalnya sekuler itu.

Selama unjuk rasa kemarin, empat orang dilaporkan tewas termasuk di antaranya petugas polisi. Sementara Menteri Dalam Negeri Turki, Muammer Guler, menyebut sebanyak 500 polisi ikut menjadi korban luka.

Unjuk rasa ini terjadi menjelang Turki menjadi tuan rumah bagi konferensi internasional yang memfokuskan hubungan negaranya dengan Organisasi Uni Eropa pada Jumat ini.

Negosiasi dengan UE telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir di tengah-tengah kekhawatiran terhadap terbatasnya kebebasan berpendapat warga Turki, hak-hak perempuan dan anak dan kontrol sipil terhadap ketegangan militer di Siprus. (sj)

5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?
Mahfud MD

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

Mahfud MD, buka-bukaan mengenai langkah politik dia selanjutnya, usai pelaksanaan dari Pilpres 2024. Mengingat mantan Menkopolhukam RI tersebut bukan kader partai politik

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024