- REUTERS/Umit Bektas
VIVAnews - Demonstrasi anti pemerintahan di Turki telah memasuki hari keempat pada Senin waktu setempat. Dua orang dilaporkan tewas dalam demonstrasi yang berlangsung sejak Jumat pekan lalu itu.
Diberitakan New York Times, untuk pertama kalinya korban tewas diungkapkan ke media. Seorang korban tewas di Ankara setelah tertabrak sebuah mobil yang mencoba menerobos kerumunan. Korban lainnya tewas ditembus peluru di kepalanya oleh seorang pria tidak dikenal di provinsi Hatay, berdasarkan laporan stasiun berita NTV. Kedua korban berusia 20an.
Demonstran masih terlihat berkumpul di Istanbul pada Senin malam. Sebelumnya, mereka sempat membubarkan diri setelah pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan meriam air. Kebanyakan pendemo adalah para pemuda di kota-kota seperti Istanbul, Ankara dan Izmir.
Aksi di Turki bermula Jumat lalu saat berlangsung demonstrasi damai menentang penebangan pohon-pohon di Taman Gezi, Istanbul. Demonstrasi berubah rusuh saat massa bentrok dengan aparat. Teriakan penentangan penebangan berubah jadi anti pemerintahan Recep Tayyip Erdogan.
Salah satu Serikat Pekerja terbesar di Turki menyatakan mendukung aksi itu dengan menggelar mogok selama dua hari dimulai Senin. Serikat Kesk yang memiliki anggota 240.000 orang ini menuduh pemerintah telah menciptakan negara teror.
Perdana Menteri Erdogan mengatakan bahwa demonstrasi itu jadi untuk merusak citranya jelang pemilu tahun depan. Erdogan juga mengatakan bahwa aksi telah disusupi oleh para ekstremis sehingga berakhir ricuh.
"Protes ini diorganisir oleh unsur-unsur ekstremis. Kami tidak akan menyerahkan apapun kepada teroris. Intelijen kami punya buktinya," kata Erdogan, dilansir Reuters.
Kendati situasi dalam negeri kacau, Erdogan tetap melakukan agendanya untuk mengunjungi beberapa negara, yaitu Maroko, Aljazair dan Tunisia. Oleh oposisi, Erdogan dianggap tidak bertanggungjawab karena melakukan perjalanan ini. (umi)