3 Skenario Koalisi Capres-Cawapres Versi Lingkaran Survei

Persiapan Logistik Pilkada
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Lingkaran Survei Indonesia membuat tiga skenario koalisi partai politik untuk Pemilu Presiden tahun 2014. Antara lain, Partai Golkar dan koalisinya, PDI Perjuangan dan koalisinya, serta Partai Demokrat-Partai Gerindra dan koalisinya.

Skenario yang bersifat prediksi itu didasarkan pada hasil survei elektabilitas empat partai besar, yakni Golkar 22,2 persen, PDIP 18,8 persen, Partai Demokrat 11,7 persen, dan Partai Gerindra 7,3 persen.

Skenario pertama, jika pada Pemilu nanti perolehan suara Golkar sama dengan hasil survei LSI bulan ini, yaitu 22,2 persen, besar peluang bagi Golkar untuk mengusung capres sendiri. Kini, Golkar sudah menetapkan Aburizal Bakrie, sang Ketua Umum, sebagai capres.

Dengan perolehan suara 22,2 persen, Golkar diperkirakan memperoleh lebih dari 120 kursi di Parlemen. Dengan syarat hanya 112 kursi (20 persen kursi DPR yang totalnya 560 kursi), Golkar bisa mengajukan capres dan cawapres sendiri tanpa koalisi.

"Walau pun berkoalisi, namun posisi tawar Golkar lebih kuat seperti Partai Demokrat pada Pemilu Presiden 2009. Artinya, Golkar juga akan lebih leluasa untuk memilih cawapres mendampingi Aburizal Bakrie," kata Adjie Alfaraby, peneliti LSI, dalam pemaparan hasil surveinya, di Jakarta, Minggu, 17 Maret 2013.

Golkar dan Aburizal diperkirakan akan mengikuti jejak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Partai Demokrat pada Pemilu 2009, yaitu memilih cawapres nonpartai, dengan pertimbangan mengisi kekurangan capresnya sekaligus menghindari konflik kepentingan yang besar.

"Dari berita media massa berdasarkan pernyataan beberapa tokoh internal Golkar, misal Akbar Tanjung dan Bambang Soesatyo, ada dua nama nonpartai, yang dipertimbangkan Golkar, yaitu Jokowi dan Mahfud MD."

Jika dua nama tersebut bersedia, Golkar dan Aburizal diduga akan lebih memilih Jokowi dibanding Mahfud MD. Jokowi dipilih karena popularitas dan mengisi perimbangan kekuatan pemilih berdasar etnis Jawa-non-Jawa.

Curhat Jurnalis Asing Kala Bertugas di China

Megawati, Ani, dan Prabowo

Skenario kedua, dengan perolehan suara sebesar 18,8 persen sesuai survei LSI, peluang PDIP memimpin koalisi capres sangat besar. PDIP hanya butuh tambahan beberapa persen suara sah nasional atau jumlah kursi di DPR dari partai lain.

Hingga kini, Megawati Soekarnoputri yang berpeluang besar dicalonkan PDIP. Lalu, Jusuf Kalla masuk sebagai salah satu nama yang dipertimbangkan PDIP sebagai cawapres. Jusuf Kalla juga bisa melengkapi syarat minimum dukungan pencapresan yang dibutuhkan PDIP. Ia pun mulai digadang-gadang PPP sebagai capres.

Skenario ketiga, apabila perolehan suara Partai Demokrat hanya 11,7 persen dan Partai Gerindra 7,3 persen, keduanya membutuhkan banyak tambahan suara untuk bisa membangun koalisi pencapresan di luar PDIP dan Golkar. Namun pemimpin koalisi tetap Partai Demokrat atau Gerindra.

"Di internal Demokrat, tak ada satu pun kader atau anggota Partai yang menonjol dalam survei. Satu-satunya kandidat internal yang menonjol adalah Ani Yudhoyono, namun elektabilitasnya hanya 2,4 persen," ujar Adjie.

Berdasarkan realitas perolehan suara Demokrat yang semakin menurun dan tak ada kader yang menonjol, Partai bisa saja mendukung capres dari partai lain dan hanya mengajukan nama cawapres. Di sisi lain, Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, termasuk kandidat terkuat capres.

SBY, menurut Adji, dikabarkan mulai melirik Prabowo sebagai alternatif. Keduanya memiliki kedekatan khusus karena sama-sama berlatar belakang militer.

"Jika SBY berkeinginan tetap menjaga trah militer dalam kepemimpinan nasional, Prabowo adalah kandidat kuatnya."

Dalam berita di media massa, Prabowo pun mulai membangun komunikasi politik dengan Hatta Rajasa yang sudah diusung PAN sebagai capres.

Peran Jenderal Bintang 4 yang Diduga Terlibat Korupsi Timah Rp 271 Triliun

Ia menambahkan, Prabowo-Hatta adalah pasangan yang mungkin muncul di luar kekuatan poros Golkar dan PDIP. Kedua pasangan itu juga dimungkinkan direstui SBY. (umi)

Pendeta Gilbert Lumoindong

Kombes Wira Blak-blakan Kapan Panggil Pendeta Gilbert soal Kasus Penistaan Agama

Pendeta Gilbert sebelumnya sudah dilaporkan ke Polda Metro Jaya terkait dugaan penistaan agama.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024