Sumber :
- uic.edu
VIVAnews -
Saat ini, banyak para peneliti Indonesia bekerja di luar negeri, seperti dalam bidang teknologi, sosial, dan ekonomi. Indonesia sendiri belum menemukan cara yang tepat untuk memanfaatkan keahlian para peneliti itu, demi kemajuan bangsa sendiri.
"Inilah tantangan besar bagi Komite Inovasi Nasional. Saat ini, kita kehilangan banyak peneliti yang memilih bekerja di luar negeri. Ini harus dicegah," kata Agung Laksono, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, saat ditemui di acara Forum Koordinasi Daerah dalam Rangka Penguatan Sistem Inovasi Daerah di Puspitek, Serpong, 4 Maret 2013.
"Inilah tantangan besar bagi Komite Inovasi Nasional. Saat ini, kita kehilangan banyak peneliti yang memilih bekerja di luar negeri. Ini harus dicegah," kata Agung Laksono, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, saat ditemui di acara Forum Koordinasi Daerah dalam Rangka Penguatan Sistem Inovasi Daerah di Puspitek, Serpong, 4 Maret 2013.
Agung tidak bisa memaparkan berapa jumlah peneliti yang berkarya di luar Indonesia itu. Karena, lanjutnya, sistem pelaporannya masih belum disiplin. Ada yang melapor dan ada yang tidak.
Dari berbagai kunjungan ke luar negeri, peneliti-peneliti Indonesia banyak ditemui di negara-negara tetangga yang relatif maju, seperti di Korea dan Jepang.
"Sebenarnya potensi sumber daya manusia di Indonesia cukup besar. Hanya saja pemanfaatan para tenaga peneliti itu yang masih kurang," kilah Agung Laksono.
Agung mengakui bahwa sistem penerimaan insentif masih menjadi masalah bagi para inventor, peneliti, dan penemu, yang ada di dalam negeri. Terutama yang memiliki status Pegawai Negeri Sipil (PNS). Idealnya, sebuah temuan yang diambil dan diadopsi oleh industri, maka ada bagian dan hak untuk para peneliti.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Agung tidak bisa memaparkan berapa jumlah peneliti yang berkarya di luar Indonesia itu. Karena, lanjutnya, sistem pelaporannya masih belum disiplin. Ada yang melapor dan ada yang tidak.