Bila Warga Dunia Mengutuk Serangan Brutal Israel

Siswa di Solo gelar doa bersama untuk Palestina
Sumber :
  • Fajar Sodiq/VIVAnews

VIVAnews - Tragedi di Jalur Gaza kembali mengundang solidaritas masyarakat internasional. Terlepas dari perdebatan tak berujung atas siapa yang harus disalahkan, entah itu militer Israel maupun kelompok Hamas, serangan yang berlangsung di Gaza dalam seminggu terakhir telah merenggut nyawa banyak warga sipil, termasuk anak-anak yang tak bersalah.

Aksi protes pun bermunculan di mancanegara. Para pemrotes, walau berbeda gaya dan pendekatan, memiliki sikap yang sama: serangan apapun yang membunuh orang-orang yang tidak bersalah dan tidak bersenjata patut dikutuk. Walau berdalih membalas serangan ratusan roket Hamas dari Gaza, serangan udara Israel sejak 14 November 2012 telah mengundang kemarahan karena turut menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak Palestina.

Saat tekanan publik dari penjuru dunia kian menguat, PBB pun terus berupaya mengakhiri kekerasan brutal di Gaza dengan cara diplomasi. Menurut stasiun berita Al Jazeera, Sekjen PBB Ban Ki-moon pekan ini akan mengunjungi Yerusalem dan Ramallah, yang masing-masing adalah ibukota Israel dan Otoritas Palestina.

Tujuan kunjungan Sekjen Ban adalah melobi para pemimpin Israel dan Palestina untuk mengakhiri krisis. Sebelumnya, Ban telah bertemu dengan Ketua Liga Arab, Nabil al-Arabi, dan menyatakan dukungan kepada Presiden Mesir, Mohamed Morsi, untuk menjadi mediator bagi perundingan damai Israel dan kelompok Hamas.

Ini merupakan tugas yang sangat mendesak bagi Sekjen PBB, mengingat dalam seminggu ini jumlah korban sipil di Gaza sudah melebihi seratus jiwa. Tidak heran bila para aktivis di Korea Selatan, pemuka umat Yahudi di Amerika Serikat, hingga anak-anak sekolah di Indonesia menyuarakan sikap yang sama: menentang serangan brutal Israel.

Penampilan Makin Sopan, Nikita Mirzani Ternyata Diawasi Rizky Irmansyah

Media massa Israel pun sudah mencatat kemarahan warga mancanegara atas ulah brutal militer mereka. Demonstrasi massal hingga doa bersama berlangsung di beberapa tempat sejak akhir pekan lalu.

Menurut laman Ynet.news - laman dari harian Yedioth Ahronoth - ratusan unjuk rasa dalam beberapa hari terakhir telah digelar secara serentak tidak saja di negara-negara Islam maupun negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Warga di Australia, Italia, Korea Selatan, Spanyol dan lain-lain pun kompak menyuarakan kemarahan atas Israel, seperti rekan-rekan mereka di dunia Arab - seperti di Tunisia, Yaman, Mesir, dan Aljazair.

Ali Golin termasuk yang berdemonstrasi di Kota Istanbul, Turki, pada Jumat pekan lalu. "Saya yakin bahwa semua umat Muslim harus menunjukkan solidaritasnya. Semua faksi dan perbedaan hanya menghacurkan tujuan kita," kata Golin seperti dikutip Ynet.

Menurut dia, bila ingin menentang Israel, semua umat harus kompak. "Kita tidak dapat mencapai apa-apa hanya dengan mengecam Israel. Kita harus mengambil aksi yang nyata," lanjut Golin tanpa merinci lebih lanjut.

Seorang warga Korea Selatan pun menyatakan solidaritasnya bagi warga Palestina dengan ikut berdemosntrasi di luar Kedutaan Besar Israel di Seoul. "Kalian tidak boleh memaksa warga Palestina jadi korban. Kalian tidak boleh membunuh anak-anak di mana pun," seru aktivis itu di luar Kedubes Israel.

"Anak-anak sangat berharga, baik di Palestina dan Israel. Mereka tidak boleh mati dibantai. Kami menyerukan pemerintah Israel untuk kembali berpikir jernih," lanjut dia.

Seruan serupa juga dilontarkan seorang perempuan Australia saat ikut berdemonstrasi di Kota Sydney, Sylvia Hale. "Israel tengah menerapkan kebijakan yang membantai banyak orang di Gaza," kata Hale, yang mantan anggota parlemen mewakili Partai Hijau.

Sebagian publik di Amerika Serikat pun menyuarakan simpati yang sama. Saat pemerintahnya menyatakan dukungan kepada Israel, tidak sedikit para warga yang mengecam aksi militer negara zionis itu, yang menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil.

Dalam suatu aksi yang berlangsung di Kota New York pada Minggu kemarin, sekitar 500 orang memprotes atas jatuhnya banyak korban di kalangan warga Palestina.  Saat itu, sedikitnya sudah ada 70 warga Palestina - termasuk 20 anak-anak - yang tewas dan 600 orang lainnya luka-luka.

Bahkan ada seorang pemuka Yahudi yang turut mengecam aksi Israel. Menurut harian The New York Times, seorang rabi bernama Yisroel Dovid Weiss menyatakan simpatinya kepada warga Palestina. "Kami malu atas aksi yang sedang berlangsung mewakili bangsa kami. Kami justru menangisi para korban," kata Weiss.

Doa Bersama

Di Indonesia, anak-anak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas mengecam tragedi di Gaza. Di Solo, misalnya, ratusan siswa menggelar doa bersama untuk aksi keprihatinan atas insiden penyerangan tentara Israel terhadap warga Palestina.

Sekitar 600 siswa mulai dari SD hingga SMA di Yayasan Pendidikan Islam Diponegoro Solo hari ini berkumpul di aula sekolah untuk melakukan doa bersama, Selasa 20 November 2012. Mereka juga membawa poster yang bertuliskan dukungan dan perdamaian di Palestina.

Doa bersama diawali dengan deklarasi puisi yang dibacakan oleh salah seorang siswa. Puisi bertema aksi kepedulian dan keprihatinan anak-anak Palestina.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemutaran video korban anak-anak dan ibu-ibu yang menjadi korban penyerangan Israel.

Para siswa larut dalam kesedihan melihat video kebrutalan tentara Zionis Israel yang menewaskan perempuan dan anak-anak Palestina. Sebagian siswa menangis, tak kuasa melihatnya.

Usai pemutaran film, lantunan doa pun dipanjatkan. Penggalangan dana juga digelar untuk disalurkan kepada rakyat Palestina melalui lembaga kemanusiaan, Mer-C.

Salah seorang siswa, Fatimah Sania, menuturkan, dirinya sangat sedih melihat aksi penyerangan Israel yang menyebabkan jatuhnya korban dari kalangan anak-anak.

"Kita di sini seharusnya sangat bersyukur, tidak alami penderitaan yang mereka alami. Oleh sebab itu, yang hanya bisa kita lakukan adalah berdoa dan melakukan penggalangan dana," ucap dia kepada VIVAnews.

Ketua Yayasan Pendidikan Islam Diponegero, As’adalwi mengatakan, acara ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap korban penyerangan militer Israel.

"Kita memang tidak bisa membantu dengan kekuatan, tetapi kita hanya bisa membantu dengan doa dan penggalangan dana," katanya.

Sementara itu, puluhan siswa SD Takmiriyah di Surabaya menggelar aksi keprihatinan. Sambil membacakan doa, mereka mengutuk penyerangan militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina, yang memakan korban wanita dan anak-anak. Aksi lainnya, dilakukan dengan bermain catur.

"Permainan catur menggambarkan tragedi di Jalur Gaza. Dan, sikap PBB yang tidak tegas, tidak berani memberikan tindakan kepada Israel," kata Kepala Urusan Kesiswaan Nur Halim.

Tujuan lain, mengajarkan kepada siswa tentang pentingnya perundingan tanpa harus melakukan kekerasan yang banyak menimbulkan korban. Ini termasuk memberikan pemahaman kepada siswa untuk menghargai sesama tanpa saling serang.

"Kami tanamkan nilai-nilai perdamaian agar generasi mendatang tidak mengedepankan kekerasan," terangnya. Sejumlah adegan diperankan siswa kelas 1 sampai kelas 5, dengan media catur yang ditempel poster bertuliskan 'Save Palestina'.

Kemudian, dengan membentangkan poster, kerumunan siswa bersila di halaman sekolah. Mereka memanjatkan doa agar terwujud perdamaian di Jalur Gaza dan Israel diberikan kesadaran atas tindakannya yang keliru. (eh)

Toko Alat Musik

Ekspansi Perusahaan Musik Terkemuka Asia Tenggara Diresmikan di Indonesia

Tujuan dari ekspansi ini adalah untuk meningkatkan pengalaman musik bagi para musisi di Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024