Puasa Sementara Makan Tempe Tahu

Bahan makanan dari kedelai
Sumber :
  • Corbis

VIVAnews - Masyarakat Indonesia beberapa hari terakhir ini dihadapkan dengan melonjaknya harga komoditas pangan yaitu kedelai. Harga bahan baku pembuat tempe, tahu, dan susu kedelai tersebut melonjak tajam, akibat kekeringan yang melanda benua Amerika sebagai eksportir terbesar kedelai di Indonesia.

Para perajin tahu tempe di beberapa daerah pun sepakat mogok massal sejak Rabu hingga Jumat, 25-27 Juli 2012. Mereka turun ke jalan untuk memprotes mahalnya harga bahan baku kedelai yang mencekik tersebut. Akibatnya, para penyuka tempe dan tahu harus puasa sementara.

Menurut Ketua I Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Asep Nurdin, harga kedelai saat ini di pasaran mencapai Rp7.000 hingga 8.000 per kilogram. Padahal, sebelumnya hanya sekitar Rp 5.000-5.500 per kilogram.

Erick Thohir: Generasi Emas Timnas Indonesia Terus Ciptakan Sejarah Baru

Selain itu, untuk biaya produksi yang sebelumnya hanya berkisar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu, kini melambung menjadi Rp48 ribu.

"Untuk itu, kami bersepakat mogok produksi, terhitung mulai hari ini hingga Jumat besok. Para perajin tahu dan tempe kewalahan, karena kenaikan harga kedelai impor yang biasa mereka gunakan naik bisa dua kali dalam sehari," kata dia saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Rabu 25 Juli 2012.

Terbukti, mulai Rabu pagi, tempe dan tahu hilang di pasaran seperti di Jakarta, Bekasi, Bogor, Jawa Barat hingga Jawa Tengah karena para pedagang hasil olahan kedelai itu memilih tidak berjualan.

Misalnya di Pasar Inpres Kramat Jati, tak satu pun pedagang tempe dan tahu yang terlihat. Kios pedagang yang kerap ramai dikunjungi pembeli, kali ini tutup. Dari sekitar 20  kios tahu dan tempe, semuanya kompak tutup.

"Tadi malam sudah ada pengumuman dari produsen tempe, selama tiga hari ke depan tidak ada yang berdagang tempe," ujar Sutini, salah seorang pedagang tahu kepada VIVAnews, Rabu.

Bahkan, ia mengatakan, sejak tadi malam puluhan orang yang diduga para perajin tahu dan tempe melakukan razia ke pedagang tahu dan tempe di Pasar Inpres Kramat Jati untuk memastikan tak ada lagi yang berdagang. "Kalau ada yang dagang tahu tempe, langsung dikarungin dagangannya," tambahnya.

Harga Kedelai Dunia
Sementara itu, harga kedelai dan jagung dunia mulai turun menyusul terjadinya hujan di Wilayah Barat Tengah Amerika Serikat selama 10 hari terakhir. Hujan diharapkan bisa menghidupkan kembali tanaman kedelai dan jagung yang mengering akibat kemarau panjang terparah lebih dari 50 tahun terakhir.

Harga kedelai di bursa berjangka Chicago Board of Trade (CBOT), seperti dilansir laman Reuters, diperdagangkan US$16,66 per bushel, turun enam persen dari rekor tertinggi US$17,77 yang terjadi pada Jumat lalu. Sedangkan komoditas jagung diperdagangkan sekitar US$8 per bushel, turun lebih dari tiga persen dari catatan rekor US$8,28.

Kekeringan paling luas dan terparah lebih dari setengah abad di AS ini telah menyebabkan kemerosotan produksi kedelai dan jagung. Kondisi ini mengkhawatirkan negara pengekspor bahan pangan terbesar dunia ini, karena tak bakal bisa memenuhi kebutuhan dunia. Khususnya bagi perusahaan pengolahan makanan, pengolahan pakan ternak, dan perusahaan pembuat bioetanol.

Kurangnya hujan juga telah mengeringkan sungai dan memperlambat pengiriman komoditas ekspor melalui jalur sungai menuju Teluk Meksiko. Kondisi ini menyebabkan harga kedelai dan jagung melonjak hingga mencapai rekor pada akhir pekan lalu. Hal tersebut, juga berimbas ke negara pengimpor seperti Indonesia.

Namun, Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan berpendapat, permasalahan pola konsumsi yang terlalu berlebihan justru yang memicu terjadinya kelangkaan akan produk kedelai saat ini di dalam negeri. Hal tersebut, diperparah dengan anomali cuaca yang tidak mendukung produksi kedelai pada tahun ini.

Ia pun menyoroti, terkadang pola yang terlalu berlebihan pada masyarakat tidak mampu dibendung sehingga akhirnya berdampak buruk ke depannya. Gita mencontohkan, pola konsumsi gula di Indonesia yang terlalu berlebihan mengakibatkan Indonesia saat ini menempati posisi nomer empat penderita diabetes terbesar di dunia.

"Kita itu di atas batas wajar. Nah, ini suplainya kita harus sikapi tapi permintaannya juga," tuturnya di Jakarta, Rabu.

Sedangkan Rektor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Pratikno menilai, melonjaknya harga pangan khususnya kedelai sangat ironis bagi Indonesia sebagai negara agraris. Ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan pangan yang menjadi makanan favorit penduduknya itu cukup besar.

"Adanya ketergantungan kedelai dari luar negeri merupakan indikasi Indonesia tengah dilanda krisis pangan," kata dia di tempat terpisah.

Meski hanya masalah harga kedelai yang membubung tinggi, menurut dia, kondisi itu tidak boleh disepelekan. Sebab, pemerintah belum menemukan cara untuk mengatasi kenaikan harga kedelai yang berimbas terancamnya para perajin tempe atau tahu di Indonesia itu.

"Pemerintah harus memperhatikan permasalahan pangan ini secara serius, karena sudah menjadi indikasi Indonesia rawan pangan," tegasnya.

Pratikno menambahkan, langkah yang harus segera dilakukan pemerintah saat ini adalah melindungi petani. Salah satu upayanya dengan kebijakan yang mendukung peningkatan kedaulatan dan ketahanan pangan nasional agar tidak lagi tergantung dari impor.

"Keberpihakan pemerintah terhadap petani harus ditunjukkan agar kemandirian pangan dapat tercapai dan tidak dipermainkan oleh negara pengekspor bahan pangan," tuturnya.

Solusi Pemerintah 
Pemerintah akhirnya menyiapkan langkah-langkah guna mengatasi permasalahan kelangkaan dan melambungnya harga kedelai saat ini. Salah satunya, dengan rencana membebaskan tarif bea masuk untuk impor kedelai.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, mengungkapkan, dengan pembebasan tarif bea masuk dari saat ini berlaku lima persen tersebut diharapkan dapat meredam lonjakan harga kedelai di pasar.

"Nanti, para pedagang segera menurunkan harganya sesuai dengan bea masuk tersebut," ujar Hatta di kantornya, Jakarta, Rabu.

Dengan diturunkannya tarif tersebut, dirinya mengimbau para pedagang tidak mengambil keuntungan dalam situasi ini, sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dan para perajin tempe tahu tidak lagi terbebani.

Langkah lainnya, Hatta mengatakan, pemerintah akan menfasilitasi koperasi perajin tahu tempe untuk melakukan impor langsung komoditas tersebut. Upaya itu dilakukan agar dapat menekan harga bahan baku, sehingga nantinya harga pasar dapat ditekan.

"Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Perindustrian akan memfasilitasinya," tambahnya.

Tidak hanya itu, dia melanjutkan, Kemenperin juga akan memperbaiki sistem produksi industri pengolahan kedelai tersebut, sehingga nantinya produktivitasnya akan meningkat.

"Ini keputusan penting untuk perajin tahu tempe. Dengan demikian, kami harapkan akan segera turun harganya," ungkapnya.

Hatta mengungkapkan, kebutuhan kedelai Indonesia mencapai 2,2 juta ton per tahun. Saat ini, sudah terserap sekitar 700 ribu ton dari produksi dalam negeri. Sementara itu, sisanya akan diambil dari impor.

Jadwal Mobil SIM Keliling DKI Jakarta, Bogor, Bandung Jumat 26 April 2024

Mengenai rencana pembebasan bea masuk ini, menurut Menteri Pertanian Suswono, hanya akan dilakukan hingga akhir tahun ini. Hal itu diperkenankan dalam situasi yang mendesak seperti saat ini.

"Saya kira, tadi untuk kondisi darurat, karena persoalan harga kedelai yang melambung," tuturnya.

Sedangkan Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan bahwa pengenaan tarif nol bagi bea masuk impor kedelai baru akan diputuskan dalam waktu seminggu ke depan. "Ini akan kita respons dalam waktu satu minggu," ujarnya di kantornya.

Mengenai hal itu, Agus menambahkan, pihaknya mengakomodir kepentingan seluruh pihak, baik dari kementerian terkait maupun pra pelaku usaha yang bersangkutan.

Namun, dia menegaskan bahwa masalah ini memang berinti pada anomali cuaca yang tidak dapat diprediksikan, sehingga tidak banyak yang bisa dilakukan pemerintah guna menanggulangi permasalahan harga yang melonjak.

"Kita pahami bahwa memang kondisi di Amerika itu terjadi kekeringan dan ini berdampak kepada suplai kedelai," tambahnya.

Namun, dirinya menegaskan, pemerintah akan terus berupaya untuk menjaga ketersediaan komoditas tersebut di pasar sehingga permintaan masyarakat dapat terpenuhi. "Kita juga memperhatikan petani kedelai di Indonesia," tuturnya.

Ramalan Zodiak Jumat 26 April 2024: Taurus Harus Waspada dengan Rekan Kerja, Leo Kena Tekanan Mental

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan, peningkatan produksi nasional akan menjadi alternatif terbaik dalam mengantisipasi tingginya harga kedelai. Sedangkan memperpesar kuota impor, hanya akan meningkatkan ketergantungan terhadap negara lain.

Saat ini, Indonesia sangat tergantung terhadap AS dan Brasil, negara produsen bahan utama tahu dan tempe itu. Akibatnya, bila salah satu negara asal mengalami masalah, harga langsung melambung tinggi. "Saat ini, mereka sedang mengalami kekeringan," kata Bayu, Rabu.

Namun, Mendag Gita Wirjawan pesimistis dengan pengenaan tarif bea masuk barang impor dari lima persen menjadi nol persen. Ia menilai, tidak akan terlalu berpengaruh dalam meredam kenaikan harga saat ini. Sebab, hal tersebut tidak didukung dengan penyesuaian pola konsumsi masyarakat.

"Saya rasa, elastisitas permintaan ini harus benar-benar diukur. Kalau harga meningkat, apakah kita akan mengubah pola konsumsi," kata dia.

Menurut Gita, kenaikan harga di pasar saat ini, juga tidak bisa dikompensasi dengan kebijakan tersebut. "Sekarang kalau harganya naik 200 persen atau lebih, apakah itu akan memberikan efek dengan pemberian bea masuk, saya rasa tidak. Itu sangat kecil sekali presentasinya," tambahnya.

Selain itu, dia juga menilai, peningkatan produksi kedelai nasional bukanlah hal yang mudah. Sebab, sampai saat ini permasalahan lahan belum dapat diselesaikan.

"Ke depannya, kita harus komitmen untuk menyiapkan lahan. Namun, bukan lahan saja tapi juga meningkatkan produksi dan kreatifitas," ujar Gita.

Lain lagi, dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan. Menurutnya, kementeriannya belum bisa membantu produksi kedelai tahun ini, karena masih fokus pada produksi beras, gula, dan sapi. "Kami belum bisa bantu semua," kata dia di Jakarta, Rabu.

Namun, Dahlan mengatakan, pada 2013 nanti BUMN mulai fokus mengembangkan produksi komoditas lain seperti kedelai, jagung, sorgum, dan sagu.

Saat ini, Kementerian BUMN menugaskan pengembangan sagu dan sorgum kepada Perum Perhutani dan PT Perkebunan Nusantara. Sedangkan untuk komoditas kedelai dan jagung belum ditentukan siapa yang bakal menggarap.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya