VIVAsesama

Ibu Jadi TKW Malaysia, Anak Tumor Otak

Otak
Sumber :
  • Corbis

VIVAnews - Upang Halifano hanya bisa terbaring lemah di ruang tamu rumahnya. Bocah lelaki berusia 15 tahun ini tak berdaya sejak divonis tumor otak oleh dokter ahli syaraf rumah sakit dr. Soedarso Pontianak setahun terakhir.

Matanya menatap ke setiap orang yang datang, namun ia tak dapat melihat secara jelas. Pendengarannya pun tidak normal. Bicara dia hanya bisa terbata-bata, tidak jelas apa yang dimaksud.

Upang tinggal di rumah petak ukuran 4x6 m tanpa rupa di Gang Madusari Parit Bugis 2 Jalan Soekarno Hatta, Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Rumahnya tak jauh dari kantor Bupati Kubu Raya, hanya dua kilometer saja.

Semenjak Siti Hanifah, ibu kandung Upang  pergi ke Malaysia menjadi TKW  dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ia hanya satu kali pulang menjenguk anaknya. Sementara sang ayah, Yusmantono, sibuk bekerja serabutan di wilayah itu. Praktis, sehari-hari pelajar kelas 3 SMP Taruna Bumi Khatulistiwa ini hanya didampingi keluarga yang kebetulan tinggal bersebelahan.

Kerabatnya, Arif Sudrajat, menuturkan sudah lama anak kedua dari tiga bersaudara ini sakit. Pada awalnya, setiap hari dia selalu pingsan saat jam sekolah. Karena ketiadaan biaya, maka sakitnya anak pasangan Siti Hanifah dan Yusmantono ini dianggap hal yang biasa.

“Sakitnya Upang ini semakin bertambah parah. Semua organ tubuh tidak berfungsi hanya terbaring saja bisanya. Untuk pengobatan, terpaksa menggunakan obat-obatan herbal saja sekarang,” tutur Arif Sudrajat saat VIVAnews mengunjungi kediamannya.

Selama kepergian ibunya ke Malaysia, Upang hidup dan bersekolah dari upah serabutan  bapaknya yang tidak terlalu besar. Hanya sesekali sang ibu mengirim uang ala kadarnya. Kiriman terakhir diterima bulan Desember 2011 silam.

”Pernah ada juga mengirim uang ibunya itu, tapi nggak banyak. Hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Untuk berobat ya nggak cukup uang segitu. Malah sekarang ibunya itu nggak ada kabar sama sekali,” kata Arif, sedih.
  
Untuk biaya pengobatan Upang, ucap Arif, ditanggung keluarganya yang lain. Namun hanya cukup untuk pengobatan tradisonal saja. Untuk dirujuk ke rumah sakit, mereka tidak mampu.

“Keluarga kami nggak mampu kalau Upang dirujuk ke rumah sakit. Kan sangat mahal tuh, apalagi penyakitnya ini bukan sembarangan. Takutnya kami malah kelabakan bayarnya. Mau bayar pakai apa coba? Maklumlah bapaknya Upang ini kerja hanya serabutan aja. Jadi, kami hanya mengandalkan biaya urunan keluarga saja saat ini,” ungkap Arif, sambil menyuapkan nasi ke mulut Upang. (kd)

Langit Dubai Tiba-tiba Berubah Jadi Hijau Usai Banjir Besar
Presiden Iran Ebrahim Raisi

Iran Berhasil Tangkis Serangan Israel

Meskipun beberapa laporan media mengatakan bahwa rudal telah ditembakkan, Iran mengatakan bahwa mereka telah berhasil menangkis dan menembak jatuh beberapa drone tetapi "

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024