Blue Valentine: Cinta Tak Bisa Selamanya

Adegan dalam "Blue Valentine"
Sumber :
  • starpulse.com

Hubungan gagal yang ditampilkan dalam suatu film selalu sulit untuk ditonton, apalagi jika sudah menyangkut perkawinan. Ada perasaan risau ketika menyadari bahwa aspek tragis itu akan begitu mengganggu: hancurnya harapan sang pasangan akan kehidupan yang "bahagia selamanya."

Kita masih mengingat dampak dari perpisahan yang bikin boyak pasangan Ted Kramer (Dustin Hoffman) dan Joanna Kramer (Meryl Streep) dalam "Kramer vs Kramer" (1979). Atau upaya karakter ayah Robin Williams pada "Mrs Doubtfire" (1993) yang menyamar sebagai juru bersih-bersih di rumah mantan istrinya demi terus bisa dekat dengan anaknya. Dan dalam kedua film, anak yang kebingungan dengan situasi orang tua mereka menajamkan sisi tragis hubungan gagal.

"Blue Valentine" punya semangat menyebarkan kecemasan yang sama. Disutradarai oleh Derek Cianfrance, "Blue Valentine" berkisah tentang pasangan Dean (Ryan Gosling) dan Cindy (Michelle Williams) dengan latar belakang kota Brooklyn dan Pennsylvania yang sederhana dan disesaki kelas pekerja. Dean, tak pernah kelar SMA, bekerja di perusahaan pengangkutan - biasa disewa mereka yang ingin pindah rumah, dan Cindy sedang sekolah keperawatan. Keduanya sedang di awal duapuluhan, usia yang selalu cocok bagi cinta keras kepala.

Dean berkepribadian halus. Di sela pekerjaannya, ia kerap membicarakan cinta dengan rekan sekerja. Ia bisa berkata, "Kukira, laki-laki lebih romantis dari perempuan. Kita menikahi seorang perempuan karena kita merasa bahwa ia yang memang ingin kita nikahi. Saking asyiknya perempuan itu, kita akan merasa bodoh jika memutuskan tak menikahinya."

Sementara Cindy adalah pekerja keras. Ia senantiasa fokus pada apa yang ingin diraihnya: menjadi seorang dokter. Pada beberapa adegan, penonton akan diperlihatkan pula bahwa ia sudi menembakkan sarkasme ke lawan bicaranya.

Pada bagian awal film, kita sudah mampu meraba masalah yang sedang dihadapi ketika Dean mempermasalahkan cara Cindy membuat telor orak-arik pada suatu pagi. Di hari yang sama, anjing mereka, Megan, hilang; hal yang memantik ketegangan ketiganya: Dean, Cindy, dan anaknya. Kelak ketika anjingnya ditemukan telah mati, Dean, membisiki Cindy dengan nada menghardik, "How many times did I tell you to lock the f**g gate?"

Lalu film bergerak maju-mundur hingga ke masa ketika mereka mula bertemu. Cindy sedang berpacaran dengan lelaki lain, yang akhirnya menghamilinya. Hingga akhirnya ia kenal dengan Dean, ia menceritakan tentang kehamilannya. Cindy sempat berpikir untuk melakukan aborsi. Tapi, ia berubah pikiran ketika sudah ada di meja operasi. Teraduk-aduk, ia mengisahkan keadaan itu pada Dean. Dan tentunya, keputusan Dean mudah diterka.

Jika ada orang bilang bahwa cinta susah dimengerti, begitu pula perpisahan. Masalah yang lalu mereka alami sungguh sulit teraba. Penonton sudah ditendang ke dalam konflik mereka sejak awal film. Dan kilas-balik film pada masa-masa 'indah' mereka ketika berpacaran karena itu semata menjadi bumbu konflik, bukan kehendak untuk menjelaskan sumber petaka. Ketidakmengertian penonton seakan-akan terwakilkan pada sosok Dean dengan perkataannya: "Tell me how I should be. Just tell me. I'll do it."

Cindy tak menjawab itu. Dan, di sini terlihat akting Michelle Williams yang baik. Ia tak canggung menonjolkan wajah yang menyimpan kepedihan dan kesedihan bukan hanya karena perkawinannya, namun masa lalunya yang getir. "Aku tak ingin seperti kedua orang tuaku. Kurasa, mereka juga pernah saling mencintai, kan?" katanya dalam suatu percakapan dengan neneknya. Pada titik ini, kiranya rumah tangga orangtuanya yang rusak jauh mempengaruhi hidupnya.

Berakhirnya rasa cinta lantas bermuara pada proses mengenangkan. Sebuah masa ketika peristiwa dan ingatan tumpang-tindih saling mendesak menghantui. Penonton pun diberikan gambar-gambar itu, momen saat Dean menyanyikan sebuah lagu kepada Cindy di depan kios pakaian dengan ukulele. Cindy, sumringah, mengiringi Dean dengan tap dance.

"Blue Valentine" seperti ingin menunjukkan bahwa cinta tak bisa mengalahkan segalanya. Sebab jika tidak, ia akan mengalahkan kesalahpahaman. Ia tentunya bukan jalan penuh bunga yang tak berujung. Ia, pada akhirnya, seperti warna pada pakaian, yang akan pudar jika sering dipakai dan dicuci.

Sekjen PDIP Koreksi Otto Hasibuan soal Permohonan Megawati sebagai Amicus Curiae di MK
Gokar listrik

Gokar Listrik Hadir di Indonesia, Lengkap dengan Sirkuit

Gokar menjadi salah satu kendaraan yang banyak disukai para penggemar otomotif.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024