Al-Makmur Berdiri Saat Mataram Kalah Perang

Masjid Jami Tangkuban Perahu, Guntur
Sumber :
  • VIVAnews/Adri Irianto

VIVAnews - Dari sebuah mesjid tua yang terletak sekitar 100 meter dari pusat grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat, berkumandang adzan. Suaranya sayup-sayup di antara keramaian pengunjung dan kendaraan di sekitar pasar.

Beberapa menit setelah adzan usai, perlahan-lahan, masjid yang terletak di Jalan KH Mas Mansyur No 6, mulai dipadati jemaah yang umumnya pedagang pasar.

Arsitektur masjid Al-Makmur ini mirip masjid-masjid di Timur Tengah. Kubahnya punya kekhasan. Berwana hijau mencolok. Bagian bawahnya berbentuk segi empat dan bagian atas menyerupai topi bishop atau kupola.

Di pintu masuk masjid, terdapat dua menara pendek. Puncak menara berbentuk bawang.

Posisi kubah dan sepasang menara itu mirip bentuk arsitektur masjid-masjid di Asia Barat, di mana pintu masuk utamanya diapit dua menara.

Kalau masuk ke dalam masjid, akan terasa nuansa klasiknya. Cat dinding didominasi warna putih. Kusen-kusen pintu dan jendela bermodel klasik.

"Kami berusaha menjaga keaslian bangunan ini," kata Muhamad Ghozali, pengelola masjid Al Makmur,  kepada VIVAnews.com, akhir pekan lalu.

Ghozali mengungkapkan kalau mesjid tua ini memiliki cerita panjang. Cikal bakal berdirinya tempat ibadah dari kekalahan pasukan Islam Mataram pimpinan Sultan Agung saat menyerang kota Batavia (Jakarta) pada tahun 1618 dan 1619, yang saat itu masih dikuasai penjajah.

Setelah kalah perang, sejumlah bangsawan Mataram memilih untuk menetap di sejumlah wilayah di Jakarta. Di antaranya adalah KH Muhammad Asyuro yang memilih menetap di Tanah Abang.

Pada 1704, Asyuro membangun surau untuk tempat ibadah masyarakat Tanah Abang.

Selain untuk tempat beribadah, pendirian surau sekaligus untuk tempat pembinaan mental agama dan mengobarkan kembali semangat menentang penjajah Tanah Air.

"Di surau inilah, berkumpul kaum pedagang tanah abang, prajurit Demak dan Kulon yang tersisa menyusun strategi perlawanan,” ujar Ghozali.

Eksistensi surau ini terus berlanjut hingga keturunan KH Muhammad Asyuro berikutnya, yaitu KH Abdul Murod Asyuro dan KH Abdul Somad Asyuro. Merekalah yang menjadi penerus dakwah.

Pada 1915, atas inisiatif tokoh masyarakat Tanah Abang keturunan Arab, Abu Bakar Al-Habsyi, keberadaan suaru ini dikembangkan menjadi masjid besar.

Masjid ini kemudian diberi nama Masjid Al-Makmur. Hingga saat ini, masjid sudah mengalami dua kali perluasan demi meningkatkan daya tampung jamaah.

"Tapi bangunan utama masjid ini tidak berubah, hanya ada perluasan saja. Saat ini, masjid tua ini dapat menampung sedikitnya lima ribu jamaah," ujar Ghozali sembari mengajak VIVAnews.com keliling masjid.

Di bulan puasa 2010 ini, pengelola masjid mempunyai berbagai kegiatan keagamaan. Tujuannya untuk menyemarakkan Ramadan. Misalnya, salat Tarawih bersama, mengundang da'i untuk berceramah.

Selain itu, setiap hari, di masjid ini diadakan acara buka puasa bersama dengan para jamaah.

"Hampir setiap hari, sejumlah pedagang Tanah Abang menyumbangkan makanan dan minuman untuk menu berbuka bagi para jamaah masjid ini maupun para warga yang kebetulan singgah," ujar Ghozali.

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN
Reskrim Polres Metro Jakarta Barat meringkus sipir taksi online bernama Michael Gomgom (30), yang menodong dan memeras seorang wanita yang menjadi penumpangnya.

Sopir Taksi Online yang Todong Penumpang Wanita dan Minta Rp 100 Juta Ditangkap saat Tidur Pulas

Reskrim Polres Jakarta Barat, meringkus sopir taksi online, Michael Gomgom (30), yang menodong dan memeras seorang wanita yang menjadi penumpangnya. Dia sedang istirahat.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024