Erdogan: Rusuh Turki Ulah Oposisi Jelang Pemilu

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sumber :
  • REUTERS/Umit Bektas

VIVAnews - Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa kerusuhan di negara tersebut akibat ulah oposisi yang ingin merusak reputasinya jelang pemilu tahun depan. Dia menegaskan, tetapa kan menggusur Taman Gezi, tidak peduli penentangan warga.

Diberitakan Reuters, Minggu 2 Juni 2013, Menteri Dalam Negeri Turki Muammer Guler mengatakan bahwa ada 200 demonstrasi di 67 kota di negara tersebut. Puluhan ribu orang terlibat bentrok dengan aparat, di antaranya di Istanbul dan Ankara.

Awalnya, demonstrasi berlangsung damai dan tenang sebelum polisi bentrok dengan ratusan massa akhir pekan lalu. Erdogan mengatakan bahwa ini bukan lagi soal penggusuran taman, tapi sudah masuk ke ranah politik.

Menurutnya, partai oposisi memanfaatkan isu penggusuran untuk menghancurkan reputasi politiknya jelang pemilu 2014.

Menko Luhut Siap Beri Insentif ke Apple Agar Mau Berinvestasi di RI

"Partai oposisi yang menyerukan perlawanan di jalan telah menggelar demonstrasi ini. Ini bukan soal taman, ini soal partai berkuasa, saya sendiri, komisi pemilihan umum dan upaya membuat Partai Keadilan dan Pembangunan kalah suara di sini," kata Erdogan.

Partai oposisi terbesar Turki, Partai Rakyat Republik (CHP) membantah memprovokasi kekerasan. Menurut mereka, para demonstran datang dari banyak latar belakang politis, tidak hanya simpatisan CHP. "Apa yang harus Erdogan lakukan bukanlah menyalahkan CHP, tapi mengambil pelajaran dari hal ini," kata Anggota senior CHP, Mehmet Akif Hamzacebi.

Sebanyak 1.700 orang ditahan polisi pada bentrokan yang telah berlangsung tiga hari tersebut. Puluhan orang dari kedua kubu dilaporkan terluka. Kekerasan oleh aparat dikecam banyak pihak, termasuk dari Amerika Serikat yang mendesak perdamaian.

Erdogan yang menyatakan kembali mencalonkan diri tahun depan ini menegaskan bahwa pemerintahnya tidak akan mundur barang selangkah untuk menggusur taman itu. Erdogan mengatakan, di taman itu akan dibangun pusat perbelanjaan, mesjid  megah, dan replika barak militer era Kekhalifahan Ottoman.

Pria 59 tahun ini banyak dikecam karena dianggap ingin merusak tatanan sekulerisme di Turki dan mengubahnya menjadi negara Islam. Kendati demikian di bawah kepemimpinan Erdogan, Turki berhasil bangkit dari krisis ekonomi dan menjadi negara dengan perkembangan paling pesat di Eropa.

Presiden Jokowi menerima Tony Blair di Istana

Bahlil Bocorkan Isi Pembicaraan Jokowi dan Tony Blair: Energi Baru hingga IKN

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan mantan Perdana Menteri (PM) Inggris Tony Blair melakukan pertemuan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 18 April 2024. 

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024