Inilah Mengapa Anak Muda Korea Selatan Tidak Ingin Punya Anak

Ilustrasi wanita Korea.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Lifestyle – Negeri Ginseg, Korea Selatan, saat ini sedang menghadapi krisis dengan tingkat kesuburan terendah di dunia. Banyak orang yang memilih untuk tidak menikah karena tingginya biaya hidup di sana.

Respon Han So Hee Soal Reaksi Hyeri: Memang Lucu Pacaran Setelah Putus?

Bahkan, angka kematian di Korea jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan angka kelahiran di Korea Selatan pada tahun 2020. Hal tersebut membuat Korea Selatan menjadi negara yang menderita penyusutan populasi.

Dengan tingkat inflasi yang tidak terkendali, tingkat kelahiran di Korea Selatan masih jauh dari kata pulih karena mayoritas orang Korea memilih untuk tidak punya anak.

Han So Hee vs Hyeri: Drama Cinta Segitiga Ryu Jun Yeol Kembali memanas!

Dr. Oh Eun Young, seorang psikiater yang telah diakui kontribusinya dalam memajukan psikologi anak di Korea Selatan, baru-baru ini mengungkapkan alasan anak muda Korea Selatan memilih untuk tidak memiliki anak.

Berikut ini adalah penjelasannya, seperti dilansir dari AllKpop.

Ayah Lee Sun Kyun Meninggal Dunia Tiga Bulan Setelah Kematiannya

Anak Muda Lebih Konsumtif
"Untuk memahami ini sedikit lebih baik, saya akan menggunakan frasa yang digunakan dalam ekonomi. Saya bukan ahli ekonomi, tetapi saya menggunakan kata-kata ini untuk pemahaman yang lebih baik," kata Oh Eun Young.

Ia menjelaskan bahwa dalam masyarakat pertanian yang berorientasi keluarga, anak-anak adalah barang produktif yang akan membantu bekerja di pertanian dan sekitar rumag tangga.

Ilustrasi Fashion ala Korea

Photo :
  • De Seoul

Namun, generasi muda saat ini lebih menyukai barang-barang konsumsi. Mereka harus terus menerus menerima dukungan untuk banyak hal.

"Dewasa muda hari ini melihat bahwa mereka seperti membutuhkan perawatan terus menerus dari orang tua mereka," jelas Oh Eun Young.

Tingginga Tuntutan Masyarakat dan Biaya Hidup
Menurut Dr. Oh Eun Young, jaman ini menjadi jauh lebih sulit bagi orang-orang untuk menjadi mandiri, mengingat tingginya tuntutan masyarakat dan meningkatnya biaya hidup.

Oleh karena itu, anak bukan lagi komponen yang produktif bagi orang tua, tetapi menjadi komponen yang menghabiskan (waktu, uang, tenaga, dan lain-lain).

Dia juga menjelaskan bahwa generasi muda dapat melihat sendiri bagaimana mereka masih membutuhkan dukungan dari orang tua meski sudah memasuki usia mandiri.

Ilustrasi budaya Korea Selatan.

Photo :
  • U-Report

Oh Eun Young menyebutnya sebagai "suatu entitas yang membutuhkan perawatan terus menerus".

Masyarakat yang Kompetitif
Korea Selatan terkenal dengan budaya kompetitif yang sangat tinggi antar individu. Sehingga, mereka tidak memiliki ruang untuk merawat bentuk kehidupan lain.

"Saya sepenuhnya setuju dengan ungkapan, 'Saya perlu istirahat setelah belajar secara kompetitif, kemudian mendapatkan pekerjaan. Tetapi ketika Anda membesarkan seorang anak, Anda perlu merawat anak itu selama sisa hidup Anda tetapi Anda perlu waktu untuk dirimu sendiri dalam hidupmu," kata netizen Korea.

Misalnya, seperti cerita dalam drama Korea Sky Castle, yang dianggap sangat menggambarkan dunia pendidikan dan kehidupan orang kaya di Korea.

Persaingan antar individu sangat terasa di drama itu di mana para siswa berusaha menjadi nomor satu di sekolahnya, sehingga orang tua mereka menghalalkan segala cara termasuk menggunakan uang dan kekuasaan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya